Pertumbuhan murid di tanah Pasundan Jawab Barat semakin pesat akhir-akhir ini. Kami mencatat beberapa  kesaksian luar biasa yang dilakukan para murid di sana yang sungguh-sungguh meninggikan nama Tuhan Yesus sehingga hal itu menjadi daya tarik yang kuat  bagi mereka yang belum percaya dengan latar belakang M. 
 
Pernah ada orang gila yang datang ke rumah  pusat pelayanan budaya Sunda (Sanggar “J”) yang sekaligus berfungsi sebagai tempat pengajaran firman. Sewaktu orang gila tersebut ditumpangkan tangan  oleh pemimpin yang ada di sana — sambil diusir penyakit gilanya– ia kemudian menjadi sembuh.
 
Satu waktu ada orang dari daerah lain yang ingin menyelidiki  kabar “pemurtadan “ orang-orang setempat. Orang tersebut datang dan mewancarai beberapa orang agar mendapat bahan pembenaran untuk ia dapat menangkap orang – orang yang telah menjadi percaya kepada Isa Almasih. Sewaktu ia mewawancarai salah  satu orang ia malah jadi  tertarik untuk mencari tahu lebih lanjut tentang Isa Almasih setelah mendengar kesaksian-kesaksian mereka .
 
Setelah berdiskusi dengan pak “E” ia kemudian menjadi percaya  dan sekarang menjadi murid yang radikal. Kesaksian yang paling menghebohkan terjadi tahun lalu tanggal 10 Juli 2013. Pak “E” sebagai pemimpin pelayanan “J” menceritakan pada  saya tentang satu orang murid perempuan berusia  belasan tahun yang sakit cukup lama. Ia awalnya sakit pada pencernaan sehingga  dilakukan operasi pada usus besarnya . Selama setahun ia mengikuti kebaktian di daerah Pangalengan dalam kondisi yang tidak normal  yaitu ususnya sebagian harus keluar dari perut dan dibungkus plastik karena operasi yang tidak begitu baik. Syukurlah satu saat ia akhirnya  dioperasi kedua kalinya dan ia kembali normal.
 
Setelah ia sembuh ia menikah dengan seorang yang belum percaya dan ia mundur dari pelayanan Sunda. Pak ‘E” waktu itu tidak menyadari sampai dua tahun sesudah ia menikah ia mendengar bahwa perempuan itu sakit parah karena kanker kista pada rahim.  Karena kanker itu sudah menyebar menjadi besar dan pecah maka ia di bawah ke rumah sakit Imanuel yang berada di Bandung (2 jam perjalanan mobil). Kondisi pada saat itu ia tidak sanggup lagi minum air apapun selama sepuluh hari. Jadi sewaktu ia di bawah ke rumah sakit kondisi nya sangat kritis dan ia tidak ada dokter yang bersedia untuk mengobatinya sehingga ia harus di bawah pulang kembali ke Pangalengan. 
 
Pada saat ia kembali ke Pangalengan kondisinya sudah tidak dapat ditolong dan ia meninggal.  Sore ia meninggal maka orang-orang kumpul dan melakukan upacara solat (kebiasaan orang M) untuk mendoakan kematiannya dapat diterima di surga.
 
Di sisi lain, salah seorang pemimpin pelayanan  “J” menghubungi  pak  “E” dan meceritakan kejadian yang dialami oleh saudari “R”. Pak “E” mengatakan pada saya bahwa waktu ia mendengar kabar itu ia agak merasa “kecewa” dan seakan-akan  tidak menerima keadaan di mana pelayanan kepada wanita itu selama setahun menjadi sia-sia. Pak “E” berdoa dan mendapat peneguhan untuk mempraktekan perintah otoritas jarak jauh seperti yang pernah diajarkan dalam seminar tantangan Elia dan sebenarnya sudah sering dipraktekkan.
 
Kemudian ia menelepon seorang pemimpin di Pangalengan dan menyuruh untuk mengatakan kepada perempuan bernama “R” itu untuk bangkit dan bertemu dengan Pak “E” di rumah sakit Imaneul Bandung untuk memeriksa kesehatannya. Bapak “Ds” tersebut kaget dan mengatakan kepada pak “E” bahwa si “R” itu sudah meninggal.
 
Pak “E” tetap menyuruh ia melakukan hal tersebut.  Bapak ini kemudian mengajak istrinya untuk pergi ke tempat di mana orang mati ini sedang didoakan oleh orang banyak.  Mereka menerobos masuk mendekati si “R” yang sudah meninggal. Istrinya tersebut memegang telapak tangan orang itu dan berkata “ R bangkitlah dalam nama Yesus dan bertemu dengan pak “E” di rumah sakit Imanuel.”
 
Tiba-tiba si “R” membuka mata dan merasa kaget kenapa banyak orang di sekelilinginya.  Selanjutnya mengikuti  perintah  untuk pergi ke rumah sakit.  Banyak sekali orang di tempat itu yang sedang menyaksikan peristiwa orang mati dibangkitkan di dalam nama Yesus. Mereka semua kemudian  berbondong-bondong pergi ke rumah sakit untuk melihat apa yang terjadi.
 
Pak “E” berangkat  belakangan ke rumah sakit Imanuel dan sedikit kaget melihat begitu banyak orang dari Pangalengan yang ikut ke sana. Si “R” diperiksa oleh dokter dan ia hanya diberi cairan infus untuk diberi “minum” karena ia sudah lama tidak bisa minum. Setelah semalam menginap, dan yang lain ikut menyaksikan. Ia merasa enak dan minta pulang ke rumah. 
 
Sampai hari ini dia sehat-sehat dan kembali menjadi murid yang setia. Kejadian ini mengharumkan nama Yesus sekali lagi sehingga pelayanan ini tidak bermasalah walau sudah banyak yang bertobat. 
 
Dalam catatan terakhir sudah ada 2700 orang yang menjadi percayadr latar belakang “fresh” M di lingkungan mereka.